Diterjemahkan dari kitab Fathul Qowwiy Al Matiin fi Syarh Al Arba’iin wa tatimmah Al Khomsiin ([arabic-font span=”yes”]فتح القوي المتين في شرح الأربعين وتتمة الخمسين[/arabic-font])
Karya Asy Syaikh Abdul Mushin ibn Hammad Al ‘Abbad Al Badr hafizhohullah
[arabic-font]
الحديث الثالث عشر
عن أبي حمزة أنس بن مالك رضي الله تعالى عنه خادم رسول الله صلى الله عليه وسلم، عن النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم قال: “لا يُؤمنُ أحدُكم حتى يحبَّ لأخيه ما يحبُّ لنفسه” رواه البخاري ومسلم.
[/arabic-font]
Hadits ke 13
Dari Abu Hamzah Anas ibn Maalik radhiyallahu ta’ala anhu, pelayan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda : “Tidaklah sempurna keimanan salah seorang dari kalian hingga dia mencintai kepada saudaranya dengan apa yang dia dicintai untuk dirinya.” HR Bukhari Muslim
[arabic-font]1 في هذا الحديث نفيُ كمال الإيمان الواجب عن المسلم حتى يحبَّ لأخيه المسلم ما يُحبُّ لنفسه، وذلك في أمور الدنيا والآخرة، ويدخل في ذلك أن يُعاملَ الناسَ بمثل ما يحبُّ أن يُعاملوه به، فقد جاء في صحيح مسلم (1844) عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما في حديث طويل: “فمَن أحبَّ أن يُزحزح عن النار ويُدخل الجنَّة، فلتأته منيَّتُه وهو يؤمن بالله واليوم الآخر، وليأت إلى الناس الذي يحبُّ أن يُؤتَى إليه”، وقال الله عزَّ وجلَّ: {وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ{[/arabic-font]
1. Dalam hadits ini terdapat peniadaan imaan yang wajib dari seorang muslim sampai dia mencintai saudaranya sesama muslim sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri, dan hal ini berlaku untuk perkara dunia maupun akhirat, dan termasuk di dalamnya bermua’amalah (mempergauli) manusia sebagaimana dirinya dipergauli oleh manusia dengan cara yang disukai. Terdapat sebuah hadits shahih dari Muslim (1844) dari Abdullah ibn Amr ibn Al Ash radhiyallahu anhumaa dalam hadits yang panjang : “Maka barang siapa yang mencintai untuk dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke surga, maka hendaklah ketika kematian datang padanya dia dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hendaknya dia mempergauli manusia sebagaimana dia suka dipergauli dengan cara tersebut“, Allah azza wa jalla berfirman : {Kecelakaan untuk orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila meneruma takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi}.
[arabic-font]2 قال الحافظ ابن رجب في جامع العلوم والحكم (1/306): “وحديث أنس يدلُّ على أنَّ المؤمنَ يَسرُّه ما يسرُّ أخاه المؤمن، ويريد لأخيه المؤمن ما يريده لنفسه من الخير، وهذا كلُّه إنَّما يأتي من كمال سلامة الصدر من الغلِّ والغِشِّ والحسد، فإنَّ الحسدَ يقتضي أن يكره الحاسدُ أن يفوقَه أحدٌ في خير، أو يساويه فيه؛ لأنَّه يُحبُّ أن يَمتاز على الناس بفضائله، وينفرد بها عنهم، والإيمان يقتضي خلافَ ذلك، وهو أن يشركه المؤمنون كلُّهم فيما أعطاه الله من الخير، من غير أن ينقص عليه منه شيء”، وقال (1/308): “وفي الجملة فينبغي للمؤمن أن يُحبَّ للمؤمنين ما يُحبُّ لنفسه، ويكره لهم ما يكره لنفسه، فإن رأى في أخيه المسلم نقصاً في دينه اجتهد في إصلاحه”.[/arabic-font]
2. Berkata Al Haafizh ibn Rajab dalam Jaamiq Al Uluum wal Hikam (1/306) : “Hadits Anas ini menunjukkan bahwa seorang mukmin itu senang jika sesuatu dapat membuat saudaranya mukmin senang, dan dia menginginkan pada saudaranya mukmin apa yang dia inginkan untuk dirinya berupa kebaikan. Dan ini semua hanyalah ada pada dada (jiwa) yang sempurna yang selamat dari dengki, suka menipu, hasad. Karena sesungguhnya hasad berkonsekuensi pada pemiliknya untuk membenci seseorang lebih dari dirinya dalam kebaikan, atau yang setara dengannya dalam hal tersebut. Karena hasad suka membeda-bedakan manusia berdasarkan keutamaannya, dan memisahkan mereka dari yang lainnya. Sedangkan iman itu berkonsekuensi yang berseberangan dari hal itu, yaitu agar seluruh kaum mukminiin semuanya mendapatkan apa yang Allah berikan kepadanya berupa kebaikan, dengan tanpa berkurangnya sesuatupun dari dirinya. (maksudnya mendapatkan semua kebaikan yang dia dapat tanpa terkecuali -pent)”. Al Hafizh juga berkata (1/308) : ” Dalam kalimat tersebut seharusnya seorang mukmin mencintai mukmin yang lain apa yang dia cintai pada dirinya sendiri, dan membenci pada mereka apa yang dia benci pada dirinya sendiri, karena dia melihat pada saudaranya mukmin kekurangan dalam agamanya maka dia berusaha untuk memperbaikinya.
[arabic-font]3 مِمَّا يُستفاد من الحديث:
1 أن يحبَّ المسلمُ لأخيه المسلم ما يحبُّ لنفسه، ويكره له ما يكره لها.
2 الترغيب في ذلك؛ لنفي كمال الإيمان الواجب عنه حتى يكون كذلك.
3 أنَّ المؤمنين يتفاوتون في الإيمان.
4 التعبير ب”أخيه”فيه استعطاف للمسلم لأنْ يحصل منه لأخيه ذلك.[/arabic-font]
3. Faedah Hadits
1. Agar seorang muslim mencintai saudaranya yang muslim sebagaimana apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri, dan membenci jika saudaranya mendapatkan apa yang dia benci untuk dirinya.
2. Anjuran untuk hal tersebut; karena adannya peniadaan kesempurnaan imaan yang waajib dari dirinya sampai dia berlaku demikian.
3. Bahwa kaum mukminin bertingkat-tingkat dalam keimanan.
4. Pengungkapan kata “saudaranya” di dalam hadits tersebut dimaksudkan kepada orang muslim agar dapat menghasilkan rasa persaudaraan kepada saudaranya.
Assalamualaikum. Ana Izin Copas Yaa Ustadz