by admin | Jan 13, 2012 | Pilihan
[arabic-font]الحمد لله الذي نصب من كل كائن على وحدانيته برهانا, و تصرف قي خليقته كما شاء عزا و سلطانا, و عم المذنبين بحمله و رحمته عفوا وغفرانا. و الصلاة و السلام على محمد و عبلى آله. و بعد[/arabic-font].
Musim kemarau berlalu, berganti dengan musim penghujan. Suatu hal yang patut disyukuri karena Allah ta’ala masih menurunkan rahmat-Nya kepada kita mengingat dosa-dosa anak Adam sedemikian derasnya terjadi saat ini, sehingga jika kita mau memperhatikan, hampir seluruh dosa umat-umat terdahulu telah dilakukan oleh umat manusia pada saat ini.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa kemarau akan menimpa suatu kaum yang bermaksiat kepada Allah, sedangkan hujan yang diturunkan kepada mereka merupakan rahmat Allah ta’ala kepada hewan ternak. Asy Syaukani dalam Nailul Authar 4/26 mengatakan,
[arabic-font]أَنَّ نُزُولَ الْغَيْثِ عِنْدَ وُقُوعِ الْمَعَاصِي إنَّمَا هُوَ رَحْمَةٌ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى لِلْبَهَائِمِ[/arabic-font]
“Sesungguhnya turunnya hujan tatkala maksiat tersebar hanyalah rahmat dari Allah ta’ala kepada hewan ternak”. Akankah kita mau berpikir?
Terkait dengan hujan, seorang muslim selayaknya mengetahui berbagai adab yang telah dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hujan turun. Beliau telah memberikan teladan kepada umatnya dalam seluruh perkara, tidak terkecuali dalam permasalahan ini. Bahkan setiap muslim patut mengetahui berbagai tuntunan syari’at dalam setiap perkara agar mampu mengamalkannya, sehingga pahala akan senantiasa mengalir kepada dirinya. Oleh karena itu, melalui artikel ini, kami berusaha untuk memaparkan berbagai adab yang dituntunkan ketika Allah menurunkan hujan-Nya ke permukaan bumi. Semoga Allah menjadikan amalan ini bermanfaat bagi diri kami pribadi dan kaum muslimin,
Pertama, takut dan khawatir terhadap siksa Allah
Ummul Mukminin ‘Aisyah radliallahu ‘anha pernah berkata,
[arabic-font]ما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم مستجمعا ضاحكا حتى أرى منه لهواته إنما كان يبتسم قالت وكان إذا رأى غيما أو ريحا عرف ذلك في وجهه فقالت يا رسول الله أرى الناس إذا رأوا الغيم فرحوا رجاء أن يكون فيه المطر وأراك إذا رأيته عرفت في وجهك الكراهية ؟ قالت فقال يا عائشة ما يؤمنني أن يكون فيه عذاب قد عذب قوم بالريح وقد رأى قوم العذاب فقالوا هذا عارض ممطرن[/arabic-font]
“Aku tidak pernah melihat rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga terlihat lidahnya, beliau hanya tersenyum. Apabila beliau melihat awan mendung dan mendengar angin kencang, maka wajah beliau akan segera berubah. ‘Aisyah berkata kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai rasulullah aku memperhatikan apabila manusia melihat awan mendung, maka mereka bergembira karena mengharap hujan akan turun. Namun, aku memperhatikan dirimu, jika mendung datang, kegelisahan nampak di wajahmu? ‘Aisyah berkata, “Maka rasulullah pun menjawab, “Wahai ‘Aisyah tidak ada yang dapat menjaminku, bahwa awan tersebut mengandung adzab. Sungguh suatu kaum telah diadzab dengan angina kencang sedangkan mereka mengatakan, “Inilah awan yang akan mengirimkan hujan kepada kami” (Al Ahqaaf: 24)” (HR. Muslim nomor 899).
An Nawawi rahimahullah mengatakan,
[arabic-font]فيه الاستعداد بالمراقبة لله والالتجاء إليه عند اختلاف الأحوال وحدوث ما يخاف بسببه وكان خوفه صلى الله عليه وسلم أن يعاقبوا بعصيان العصاة وسروره لزوال سبب الخوف[/arabic-font]
“Dalam hadits ini terkandung anjuran untuk senantiasa merasa diawasi oleh Allah dan berlindung pada-Nya tatkala terjadi perubahan cuaca dan nampak penyebab sesuatu yang ditakutkan. Rasa takut beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut karena khawatir umat beliau akan diadzab dengan sebab kemaksiatan yang dilakukan oleh para pelaku maksiat dan beliau akan kembali gembira ketika sebab yang menimbulkan ketakutan telah berlalu (dalam hal ini awan mendung dan angin kencang-pent)” (Syarh Shahih Muslim 6/196).
Kedua, berdo’a ketika turun hujan
Apabila hujan turun maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berdo’a. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila melihat hujan, maka beliau berdo’a dengan lafadz,
[arabic-font]اَللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا[/arabic-font]
“Ya Allah, turunkanlah hujan yang baik dan bermanfaat” (HR. Bukhari nomor 1032).
Dalam al Umm (1/223-224) imam Asy Syafi’i menyebutkan sebuah hadits mursal, bahwasanya rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
[arabic-font]اطْلُبُوا اسْتِجابَةَ الدُّعاءِ عِنْدَ التقاءِ الجُيُوشِ وَإقامَةِ الصَّلاةِ وَنُزُولِ الغَيْثِ[/arabic-font]
“Bergegaslah berdo’a di waktu yang mustajab, yaitu ketika bertemunya dua pasukan di medan pertempuran, ketika shalat hendak dilaksanakan, dan turunnya hujan.”
Imam Ibnul Qayyim juga menyebutkan hal ini dalam kitabnya Zaadul Ma’ad (1/439).
Ketiga, memperbanyak rasa syukur kepada Allah
Bumi yang semula tandus akan kembali subur ketika hujan membasahinya, hal ini merupakan salah satu nikmat Allah yang diturunkan kepada para hamba-Nya dan patut disyukuri. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
[arabic-font]وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (١٢)[/arabic-font]
“Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Mahaterpuji” (Luqman: 12).
Imam An Nawawi dalam Al Adzkar (1/182) berkata,
[arabic-font]ويستحب أن يشكر الله سبحانه وتعالى على هذه النعمة ، أعني نزول المطر.[/arabic-font]
“Dianjurkan untuk bersyukur kepada Allah atas curahan nikmat ini, yaitu nikmat diturunkannya hujan.”
Keempat, mengguyur sebagian badan dengan air hujan
Dari Anas radliallahu ‘anhu, dia berkata,
[arabic-font]أصابنا ونحن مع رسول الله صلّى الله عليه وسلّم مطر، قال: فحسر رسول الله صلّى الله عليه وسلّم ثوبه حتى أصابه من المطر، فقلنا يا رسول الله لم صنعت هذا؟ قال: “لأنه حديث عهد بربه[/arabic-font]
“Hujan mengguyur kami beserta rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap sebagian bajunya sehingga hujan membasahi sebagian tubuhnya. Kami bertanya kepada beliau, “Wahai rasulullah, mengapa engkau lakukan hal itu? Beliau menjawab, “Aku melakukannya karena hujan tersebut adalah rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah” (HR. Muslim nomor 898).
An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim 6/196 mengatakan,
[arabic-font]معنى حديث عهد بربه أي بتكوين ربه اياه ومعناه أن المطر رحمة وهي قريبة العهد بخلق الله تعالى لها فيتبرك بها وفي هذا الحديث دليل لقول أصحابنا أنه يستحب عند أول المطر أن يكشف غير عورته ليناله[/arabic-font]
“Makna dari ucapan beliau ‘حديث عهد بربه’ adalah hujan ini semata-mata dibentuk oleh Rabb-nya, maksudnya adalah hujan tersebut adalah rahmat yang baru saja diciptakan Allah ta’ala, maka beliau bertabarruk dengannya. Hadits ini merupakan dalil bagi pendapat rekan-rekan kami (para ulama bermazhab Syafii, ed) yang menyatakan bahwa dianjurkan menyingkap bagian tubuh selain aurat ketika permulaan hujan agar hujan mengguyur tubuhnya.”
Muhammad bin Abu Bakr Az Zur’i juga menyebutkan hal yang senada dalam kitabnya Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khairil ‘Ibad (1/439).
Kelima, berdzikir setelah turunnya hujan
Hal ini berdasarkan kandungan yang tersirat dalam hadits Zaid bin Khalid Al Jahni radliallahu ‘anhu , beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
[arabic-font]مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ[/arabic-font]
“Hujan diturunkan kepada kami dengan karunia dan rahmat-Nya” (HR. Bukhari nomor 1038, Muslim nomor 71).
Keenam, berdo’a agar cuaca dicerahkan kembali
Apabila hujan turun dengan derasnya dan dikhawatirkan membawa mudharat, maka kita dianjurkan untuk berdo’a kepada Allah agar cuaca dicerahkan kembali, sebagaimana hadits Anas, dimana Rasulullah berdo’a dengan lafadz,
[arabic-font]اَللَّهُمَّ حَوَالِيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا، اَللَّهُمَّ عَلَى اْلآكَامِ، وَالجِْبَالِ، وَاْلظَرَابِ، وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ[/arabic-font]
“Ya Allah turunkanlah hujan di daerah sekitar kami, bukan di daerah kami. Turunkanlah hujan di perbukitan, pegunungan, di lembah-lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan” (HR. Bukhari nomor 933, Muslim nomor 897).
Ketujuh, berdo’a ketika mendengar petir
Dari Abdullah ibnu ‘Umar radliallahu ‘anhuma, bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mendengar suara petir, maka beliau berujar,
[arabic-font]اَللَّهُمَّ لاَ تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ، وَلاَ تُهْلِكُنَا بَعَذَابِكَ، وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ[/arabic-font]
“Ya Allah, janganlah Engkau hancurkan kami dengan kemarahan-Mu dan janganlah Engkau binasakan kami dengan adzab-Mu, selamatkanlah diri kami sebelum hal tersebut terjadi” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad nomor 721, Tirmidzi nomor 3450, Hakim 4/286, beliau mengatakan, “Shahihul Isnad dan keduanya (Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya) dan hal ini disetujui oleh Adz Dzahabi”. Syaikh Abdul Qadir Al Arnauth dalam takhrij beliau terhadap Al Adzkar hal. 262 mengatakan isnad hadits ini lemah, namun memiliki syahid yang dapat menguatkannya.).
Dari Abdullah ibnuz Zubair radliallahu ‘anhu dengan status mauquf, bahwasanya beliau tatkala mendengar petir berdo’a dengan do’a berikut,
[arabic-font]سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمُدِهِ، وَاْلمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ[/arabic-font]
“Mahasuci Allah, dimana petir bertasbih dengan memuji-Nya, dan juga malaikat karena takut akan kemarahan-Nya” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad nomor 723; Malik nomor 1801; Ibnu Abi Syaibah nomor 29214, 29216 dengan sanad yang shahih).
Demikan yang dapat kami sampaikan pada kesempatan ini. Semoga pembahasan ini bermanfaat bagi kita semua, sehingga kita mampu melewati musim penghujan ini dengan meraup pahala.
[arabic-font]و صلى الله على محمد و على آله و صحبه و من تبعهم إلى يوم الدين[/arabic-font]
sumber
by admin | Jan 7, 2012 | Umum
Khutbah Pertama
[arabic-font]الحَمْدُ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلاَ مُضِلَ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًا مُرْشِدًا ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ؛ أَرْسَلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ ، اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ[/arabic-font] .
أما بعد..
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan kesempurnaan qudrah-Nya, dan kesempurnaan hikmah-Nya, dan seluruh perkara di bawah pengaturan dan pengawasan-Nya, baik itu kelapangan, keamanan, kesempitan, dan ketakutan, semuanya adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Mahakuasa untuk mengaturnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
[arabic-font]يَسْئَلُهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ[/arabic-font]
“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadanya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (QS. Ar-Rahman: 29)
Maka semua ketetapan berjalan berdasarkan hikmah dan keutamaan atau keadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidaklah Allah Subhanahu wa Ta’ala menzalimi siapa pun di alam dunia ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
[arabic-font]وَمَاظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِن كَانُوا هُمُ الظَّالِمِينَ[/arabic-font]
“Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. Az-Zuhruf: 76)
Jamaah kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sesungguhnya kita beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan qadar-Nya, dan bahwa iman kepada qodar Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah salah satu dari rukun iman yang enam, maka kita mengimani bahwa semua yang menimpa kita baik kebaikan maupun kelapangan itu adalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang wajib kita syukuri dengan cara kita mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala melaksanakan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya, maka tatkala itu, kita berhak untuk mendapatkan janji Allah yaitu akan ditambahkan nikmat-Nya tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
[arabic-font]وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ[/arabic-font]
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabb kalian memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkati (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat peduh.” (QS. Ibrahim: 7)
Jamaah kaum muslimin
Sesungguhnya semua yang menimpa manusia baik kemadaratan dan kesempitan tidak lain hal itu karena kemaksiatan yang mereka lakukan, juga karena kelalaian mereka dari melaksanakan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala serta disebabkan mereka melupakan syariat-syariat Allah. Allah mengabadikan hal itu di dalam kitabullah agar kita bisa berhati-hati dan waspada.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
[arabic-font]وَمَآأَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَن كَثِيرٍ[/arabic-font]
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. As-Syura: 30)
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
[arabic-font]مَّآأَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللهِ وَمَآأَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولاً وَكَفَى بِاللهِ شَهِيدًا[/arabic-font]
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An-Nisa: 79)
Jamaah kaum muslimin yang dimuliakan Allah
Sesungguhnya kebanyakan manusia pada hari ini, mereka hanya mengaitkan musibah-musibah yang menimpa mereka, dengan kejadian-kejadian alam semata, dengan faktor-faktor eksternal yang tidak ada kaitannya dengan kesalahan mereka sendiri. Maka, tidak ragu lagi bahwa hal itu karena kurangnya pemahaman mereka dan lemahnya keimanan mereka, dan juga karena mereka lalai dari menadaburi kitabullah dan sunah-sunah rasul-Nya.
Jamaah kaum muslimin yang dimuliakan Allah
Orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Ketahuilah bahwasanya dibalik sebab-sebab dan faktor alam tersebut, ada juga sebab-sebab syar’i bahkan hal inilah sebab yang lebih dominan dan lebih kuat serta lebih membawa pengaruh dari terjadinya musibah-musibah yang ada tersebut. Hanya saja memang terkadang sebab-sebab dan faktor alam itu menjadi wasilah ataupun perantara dari sebuah ketetapan hukum dari sebab-sebab syar’i. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
[arabic-font]ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ[/arabic-font]
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
Hanya saja, kita wajib bersyukur atas nikmat yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada umat ini, dimana umat ini tidaklah akan diadzab dan disiksa yang ditimpakan kepada umat-umat yang terdahulu, umat ini tidak akan ditimpakan dengan suatu bencana yang merata dan mematikan seluruh manusia, sebagaimana yang telah terjadi pada kaum ‘Aad, tatkala mereka dihancurkan dengan badai angin topan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
[arabic-font]سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ {7} فَهَلْ تَرَى لَهُم مِّن بَاقِيَةٍ {8}[/arabic-font]
“Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; Maka kamu lihat kaum Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk) maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka.” (QS. Al-Haaqqah: 7-8)
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menjadikan umat ini binasa seperti kaum Tsamud, mereka dihujani badai dan disambar petir sehingga mereka di dalam rumah-rumah mereka menjadi bangkai yang berserakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menjadikan umat ini binasa seperti kaum Luth, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirim kepada mereka hujan batu dan langit, dan membalik bangunan-bangunan mereka yang atas menjadi di bawah sehingga mereka hancur-lebur. Naudzubilla min dzalik.
[arabic-font]باَرَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الكَرِيْمِ وَنَفَعْنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فَيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِكْرِ الحَكِيْم . أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله لِي وَلَكُمْ وَلسَّائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ [/arabic-font]الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ .
Khutbah Kedua
[arabic-font]الحَمْدُ للهِ غَافِرِ الذَنْبِ قَابِلِ التَوْبِ شَدِيْدِ العِقَابِ ، ذِي الطَوْلِ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ إِلَيْهِ المَصِيْر ، وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ البَشِيْرَ النَذِيْرَ ؛ صلى الله عليه وعلى آله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ فِي القَوْلِ وَالفِعْلِ وَالاِعْتِقَادِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا .
أما بعد[/arabic-font]
Jamaah kaum muslimin yang dimuliakan Allah
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmah dan rahmat-Nya terhadap umat ini, menjadikan balasan dan adzab dari dosa-dosa dan kemaksiatan-kemaksiatan mereka dengan penindasan sebagian mereka kepada sebagian yang lain, pembunuhan sebagian mereka kepada sebagian yang lain, dan penawanan sebagian mereka kepada sebagian yang lain.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
[arabic-font]قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَن يَّبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِّن فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ اْلأَيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ[/arabic-font]
Katakanlah, “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya).” (QS. Al-An’am: 65)
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari jalan Sa’ad bin Abi Waqqas radhiallahu’anhu beliau berkata, “(Suatu hari) kami datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau shalat dua rakaat dan kami pun shalat bersamanya, kemudian beliau bermunajat kepada Rabb-Nya dengan sangat lama, kemudian mengatakan, “Aku memohon kepada Rabbku tiga hal, Aku memohon agar umatku tidak dibinasakan dengan al-gharqu (banjir bandang), maka Dia-pun mengabulkannya, dan Aku memohon agar umatku tidak dibinasakan dengan sebab paceklik panjang seperti yang terjadi pada keluarga Firaun, maka Dia-pun mengabulkannya, dan aku memohon agar umatku tidak dibinasakan dikarenakan ulah sebagian mereka pada sebagian yang lain, maka Dia mencegahnya dariku.” (HR. Muslim 2890)
Jamaah kaum muslimin yang dimuliakan Allah
Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat tersebut dan juga kepada hadis-hadis di atas yang telah shahih dari Rasulullah, akan tetapi mengapa kalian tidak memikirkannya? Mengapa kalian tidak memahaminya? Mengapa kalian tidak mengaitkan musibah yang datang bertubi-tubi menimpa kita itu karena sebab kelalaian dan rendahnya perhatian kalian terhadap agama kalian sendiri, sehingga dengan itu kalian akan kembali kepada Rabb kalian, dan kalian akan diselamatkan dari sebab-sebab ditimpakannya adzab yang merata tersebut.
Maka bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala wahai sekalian hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, lihatlah kepada diri-diri kalian, dan bertaubatlah kepada Rabb kalian, luruskanlah jalan hidup kalian, ketahuilah bahwa bencana dan musibah yang melanda kalian dan kobaran api fitnah yang menyerbu kalian, hanyalah hal itu semua karena sebab diri-diri kalian sendiri, karena sebab dosa-dosa yang kalian perbuat, maka perbaikilah setiap dosa yang kita lakukan dengan taubat dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berlindunglah dari segala fitnah, baik fitnah dunia yang berupa pembunuhan, perampokan, penindasan dan juga fitnah agama yang berupa syubhat dan syahwat yang selalu mencegah manusia dari kembali kepada agamanya yang lurus, dan menjauhkan mereka dari pelita yang dibawa para pendahulu umat yang shaleh.
Sesungguhnya fitnahnya hati itu lebih berbahaya dan lebih jelek serta lebih merusak dari sekedar fitnahnya dunia. Karena fitnah dunia hanya akan berakibat pada kerugian materi dan keduniaan, sedangkan dunia ini akan lenyap dan hilang baik cepat atau lambat, tetapi fitnah agama itulah yang akan menghancurkan dunia dan akhiratnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
[arabic-font]فَاعْبُدُوا مَاشِئْتُم مِّن دُونِهِ قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلاَّ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ[/arabic-font]
Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.” Inagtlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Az-Zumar: 15)
Mudah-mudahan kita selalu dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari fitnah dunia dan fitnah agama dan kita dijauhkan dari bala dan musibah yang kian hari seakan musibah itu selalu berganti dan berkepanjangan. Dan mudah-mudahan kita termasuk hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang selalu bertaubat dari perbuatan-perbuatan dosa yang kita lakukan, sehingga kita termasuk orang-orang yang akan mendapatkan pertolongan-Nya baik di dunia dan di akhirat kelak. Amin.
[arabic-font]اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ, اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَ لِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاَّ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ
رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ, وَأَقِمِ الصَّلاَةَ[/arabic-font]
Sumber = http://khotbahjumat.com