by admin | Jan 30, 2017 | Akhlaq, Pilihan, Umum
Pengalaman mendampingi pemetakan bakat siswa SMK, banyak hal yang menjadi bahan renungan, diantaranya banyak siswa dalam menentukan cita-citanya karena “pesanan” dari orang tuanya.
Padahal sebenarnya cita-cita pesanan tersebut tidak sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Dengan dalih bakti pada orang tua, akhirnya mereka harus terpaksa rela menempuh jalan yang bukan untuknya.
“Sebenarnya saya ingin kuliah di jurusan ini…, tapi orang tua ingin saya kuliah di jurusan itu”. Ungkapan siswa yang lain dengan wajah setengah hati, “ saya ingin bekerja sebagai ini…, tetapi orangtua ingin saya bekerja sebagai itu”.
Bukan hanya di SMK, di Pondok Pesantren pun muncul ungkapan senada dari seorang santri, “ sebenarnya saya kelak ingin jadi ini…, tetapi orang tua ingin saya jadi seorang ustadz…”
Data yang mengejutkan…!, 90% dari siswa yang dipetakan ingin melanjutkan jenjang berikutnya yang tidak sama dengan jurusan yang sekarang dia tekuni.
Salah jurusan …
Ya, mereka salah jalan …
Saya yakin, jika di Pondok Pesantren di lakukan survey, banyak dari santri yang salah jurusan juga. Tidak semua santri ingin jadi ustadz. Banyak diantara mereka yang ingin berperan dalam masyarakat pada bidang yang bukan bidang diniyyah (Agama).
Betul, setiap orang wajib hukumnya belajar Agama …
Tetapi tidak semua orang berbakat dalam bidang Agama.
Ada yang salah…?
Jelas ada yang salah…!
Karena ini adalah pemaksaan cita-cita…!
Tanpa disadari orang tua telah menyesatkan anaknya, karena seorang anak dipaksa menempuh yang bukan jalannya.
Akhirnya banyak anak yang menjadi “korban penyesatan” oleh orang tuanya.
Tanpa disadari …
Ya, ini terjadi tanpa disadari oleh orang tuanya. Karena tidak ada orang tua yang ingin menyesatkan anak-anaknya.
Ini terjadi karena orang tua belum mengetahui jalan khusus yang telah Allah ta’ala ciptakan bagi anaknya.
Imam Ibnul Qoyyim mengatakan: “Jika anak dipaksakan untuk menekuni bidang yang bukan bakatnya, maka dia tidak akan berhasil di bidang itu, dan akan luput potensi yang ada pada dirinya”. Lanjut beliau ringkasnya, “ Jika anak berbakat di bidang Agama maka itulah kesempatan baginya untuk mengukir ilmu Agama pada lubuk hatinya. Namun jika anak cenderung kepada ilmu keduniaan (seperti pertanian, perdagangan, industri dan lainnya) maka tidak mengapa diarahkan untuk menekuni bidang tersebut selama diperbolehkan oleh syari’at. Setiap orang akan dimudahkan untuk berperan pada bidang apa dia diciptakan”
Mari kita gali potensi anak-anak kita …
Kita temukan bakat anak-anak kita …
Kita temukan misi hidup anak-anak kita …
Kita temukan jalan khusus bagi anak-anak kita …
Karena dengan membimbing anak kita untuk berjalan pada jalan bakatnya, maka akan menjadi lebih hebat untuk berperan bagi peradaban.
Allah ta’ala berfirman : “ Katakanlah wahai Muhammad, setiap orang akan bekerja sesuai bakatnya masing-masing, maka Tuhanmulah yang lebih tahu siapa yang paling benar jalannya” (QS. Al Isra’ :84)
Bakat adalah karakter kinerja, maka agar kinerja sesuai dengan yang diharapkan, maka sangat penting ditumbuhkan juga karakter moralnya, yaitu Aqidah, Ibadah, Adab, dan Akhlaq.
Sehingga terpenuhilah amanah yang dipikulkan pada setiap manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah ta’ala dan menjadi khalifah di muka bumi ini.
Semoga Allah ta’ala selalu membimbing kita dan generasi masa depan bangsa kita.
Kholik
Sekolah Karakter Imam Syafi’i (SKIS) Semarang
by admin | Jan 25, 2017 | Akhlaq, Pilihan, Umum
Pabrik mesin memproduksi alat-alat/mesin-mesin untuk fungsi tertentu.
Sekolah mendidik manusia untuk menjadi kompeten pada bidang tertentu.
Setelah mesin keluar dari pabrik, lalu digunakan oleh orang untuk mengerjakan pekerjaan tertentu.
Setelah siswa lulus sekolah, lalu dipekerjakan oleh orang lain untuk mengerjakan pekerjaan tertentu.
Mesin digunakan untuk menghitung, menganalisa, memperbaiki, mengingat, dan sejenisnya.
Tamatan sekolah dipekerjakan untuk menghitung, menganalisa, memperbaiki, mengingat, dan sejenisnya.
Pabrik menggunakan prosedur operasional untuk membuat mesin menjadi berfungsi.
Sekolah menggunakan kurikulum untuk membuat siswa menjadi kompeten.
Sekolah sama dengan pabrik?
Hanya beda istilah dan obyek yang dikerjakan..!
Tergantung bagaimana Anda menilainya.
Apa yang harusnya beda..?
Manusia bisa berempati, mesin tidak bisa.
Manusia bisa memotivasi, mesin tidak bisa.
Manusia bisa menyakini, mesin tidak bisa.
Manusia bisa Ikhlas, mesin tidak bisa.
Mesin diprogram oleh manusia yang terbatas pengetahuannya, tetapi manusia di program oleh Yang Tak Terbatas PengetahuanNya.
Jelas…, manusia tidak sama dengan mesin
Jelas juga…, seharusnya sekolah tidak sama dengan pabrik.
Seharusnya sekolah tidak berat sebelah terlalu terkonsentrasi pada pendidikan HARD SKILL yang bisa tergantikan oleh mesin.
Namun …juga seharusnya terkonsentrasi pada pendidikan SOFT SKILL yang tidak bisa digantikan oleh mesin.
Hard skill adalah penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya.
Soft skill adalah ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain, dirinya, dan kepada Allah ta’ala.
Setiap orang hendaknya memiliki Hard skill dan soft skill dalam mengarungi kehidupannya. Sehingga manusia dapat melakukan apa yang bisa dilakukan mesin, tetapi tidak semua yang bisa dilakukan manusia dapat dilakukan oleh mesin.
Kholik
Sekolah Karakter Imam Syafi’i (SKIS) Semarang
by admin | Jan 24, 2017 | Akhlaq, Pilihan, Sekolah, Umum
Seorang Ibu mengeluh….
Anakku keras kepala, suka membantah dan banyak alasan kalau disuruh, padahal dia baru berumur 6 tahun.., apa jadinya kalau sudah besar nanti…?
Sementara ibu yang lain menambahi…
Iya.., kayak anakku juga, kalau disuruh duduk belajar susahnya minta ampun…, gak betah tinggal di rumah…
Kalau begitu terus .., bagaimana masa depannya nanti…? Suram …!
Nggak kalah serunya ibu yang lainnya lagi menimpali…
Anakku baru berumur 5 tahun, sukanya menyendiri dan nggak suka kumpul-kumpul bersama teman-temannya, kalau kuper kayak gitu apa bisa sukses nantinya…?
Dan masih banyak keluhan senada lainnya tentang itu..
Wajar.., dan sangat wajar seorang ibu khawatir terhadap anaknya yang keadaannya seperti itu.
Namun ketahuilah wahai para orang tua…
– Setiap anak itu hebat, Tidak ada anak yang bodoh. Adanya anak yang merasa bodoh karena potensi yang dimilikinya tidak diakui sebab dianggap kurang getrend.
– Setiap anak itu pembelajar yang tangguh, Tidak ada anak yang malas belajar. Adanya anak tidak suka belajar yang bukan potensinya.
– Setiap anak itu memiliki kemampuan unik, dan tidak bisa dibanding-bandingkan dengan anak yang lain
Hanya saja banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa kupu-kupu yang indah, dulunya berbentuk ulat yang tidak menarik bahkan sebagian orang jijik kepadanya, kemudian menjadi kepompong, lalu jadilah kupu-kupu dewasa yang indah.
Anak kecil yang keras kepala dan suka membantah, itulah sifat sang calon pemimpin.
Anak kecil yang tidak betah dirumah, suka berkumpul temannya, itulah sifat yang dimiliki para ahli bidang sosial
Anaka kecil yang suka menyendiri, itulah sang calon peneliti.
Dan masih banyak lagi potensi-potensi kekuatan yang luar biasa pada diri anak , tetapi orang tua menganggapnya itu sebagai kelemahan bahkan dianggap kenakalan. Padahal sebenarnya sifat-sifat yang tidak menyenangkan itu ibarat perilaku ulat yang kelak akan menjadi kupu-kupu dewasa yang indah.
Belajar tidak harus dengan buku dan duduk di kursi, tetapi dapat dilakukan ketika bermain, ngobrol dengan teman, bahkan bertengkar dengan kakak atau adiknyapun bisa jadi sarana belajar bagi anak.
Pendidikan tidak bisa dilihat hasilnya setahun, dua tahun, bahkan lima atau sepuluh tahun..
Pendidikan akan dapat dilihat hasilnya setelah anak menjadi dewasa..
Kesolehan anak belum dapat dijustifikasi ketika anak masih kecil…
Kesolehan akan tampak indah ketika mereka menginjak aqil baligh dan dewasa…
Jikalau orang tua menuntut kesolehan anak tampak ketika masih kecil…, ibarat ingin memanen hasil cocok tanam sebelum waktunya. belum umur, belum ada buahnya, bahkan kalau diambili daun atau batangnya pohon akan tumbuh tidak sempurna bahkan bisa mati binasa.
Sabar dan sabar…, didik dan tunggu sampai aqil baligh
Oleh: Kholik
Sekolah Karakter Imam Syafi’i (SKIS) Semarang