Pengalaman mendampingi pemetakan bakat siswa SMK, banyak hal yang menjadi bahan renungan, diantaranya banyak siswa dalam menentukan cita-citanya karena “pesanan” dari orang tuanya.
Padahal sebenarnya cita-cita pesanan tersebut tidak sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Dengan dalih bakti pada orang tua, akhirnya mereka harus terpaksa rela menempuh jalan yang bukan untuknya.
“Sebenarnya saya ingin kuliah di jurusan ini…, tapi orang tua ingin saya kuliah di jurusan itu”. Ungkapan siswa yang lain dengan wajah setengah hati, “ saya ingin bekerja sebagai ini…, tetapi orangtua ingin saya bekerja sebagai itu”.
Bukan hanya di SMK, di Pondok Pesantren pun muncul ungkapan senada dari seorang santri, “ sebenarnya saya kelak ingin jadi ini…, tetapi orang tua ingin saya jadi seorang ustadz…”
Data yang mengejutkan…!, 90% dari siswa yang dipetakan ingin melanjutkan jenjang berikutnya yang tidak sama dengan jurusan yang sekarang dia tekuni.
Salah jurusan …
Ya, mereka salah jalan …
Saya yakin, jika di Pondok Pesantren di lakukan survey, banyak dari santri yang salah jurusan juga. Tidak semua santri ingin jadi ustadz. Banyak diantara mereka yang ingin berperan dalam masyarakat pada bidang yang bukan bidang diniyyah (Agama).
Betul, setiap orang wajib hukumnya belajar Agama …
Tetapi tidak semua orang berbakat dalam bidang Agama.
Ada yang salah…?
Jelas ada yang salah…!
Karena ini adalah pemaksaan cita-cita…!
Tanpa disadari orang tua telah menyesatkan anaknya, karena seorang anak dipaksa menempuh yang bukan jalannya.
Akhirnya banyak anak yang menjadi “korban penyesatan” oleh orang tuanya.
Tanpa disadari …
Ya, ini terjadi tanpa disadari oleh orang tuanya. Karena tidak ada orang tua yang ingin menyesatkan anak-anaknya.
Ini terjadi karena orang tua belum mengetahui jalan khusus yang telah Allah ta’ala ciptakan bagi anaknya.
Imam Ibnul Qoyyim mengatakan: “Jika anak dipaksakan untuk menekuni bidang yang bukan bakatnya, maka dia tidak akan berhasil di bidang itu, dan akan luput potensi yang ada pada dirinya”. Lanjut beliau ringkasnya, “ Jika anak berbakat di bidang Agama maka itulah kesempatan baginya untuk mengukir ilmu Agama pada lubuk hatinya. Namun jika anak cenderung kepada ilmu keduniaan (seperti pertanian, perdagangan, industri dan lainnya) maka tidak mengapa diarahkan untuk menekuni bidang tersebut selama diperbolehkan oleh syari’at. Setiap orang akan dimudahkan untuk berperan pada bidang apa dia diciptakan”
Mari kita gali potensi anak-anak kita …
Kita temukan bakat anak-anak kita …
Kita temukan misi hidup anak-anak kita …
Kita temukan jalan khusus bagi anak-anak kita …
Karena dengan membimbing anak kita untuk berjalan pada jalan bakatnya, maka akan menjadi lebih hebat untuk berperan bagi peradaban.
Allah ta’ala berfirman : “ Katakanlah wahai Muhammad, setiap orang akan bekerja sesuai bakatnya masing-masing, maka Tuhanmulah yang lebih tahu siapa yang paling benar jalannya” (QS. Al Isra’ :84)
Bakat adalah karakter kinerja, maka agar kinerja sesuai dengan yang diharapkan, maka sangat penting ditumbuhkan juga karakter moralnya, yaitu Aqidah, Ibadah, Adab, dan Akhlaq.
Sehingga terpenuhilah amanah yang dipikulkan pada setiap manusia yaitu untuk beribadah kepada Allah ta’ala dan menjadi khalifah di muka bumi ini.
Semoga Allah ta’ala selalu membimbing kita dan generasi masa depan bangsa kita.
Kholik
Sekolah Karakter Imam Syafi’i (SKIS) Semarang