​SURGA DUNIA dalam MENDIDIK ANAK

​SURGA DUNIA dalam MENDIDIK ANAK

Sebenarnya …
Mendidik anak itu menjadikan hati tenang

Mendidik anak itu menyebabkan kebahagiaan

Karena mendidik anak itu bagian dari kenikmatan SURGA DUNIA
Tapi.., kenyataannya seringkali…

Masih panik dalam mendidik anak.

Masih marah-marah dalam mendidik anak.

Masih menderita karena sebab mendidik anak.

Masih membuat anak tertekan dalam mendidiknya.
Itu bisa jadi CARA MENDIDIKNYA BELUM BENAR, karena mendidik itu asalnya mudah, tenang, menyenangkan, membuat  bahagia, dan terasa nikmat.
Mendidik itu perintah Agama.

Melakukan perintah Agama itu ibadah

Sedangkan ibadah yang ikhlas dan benar (sesuai petunjuk Allah dan Rasul Nya) akan mendatangkan kebahagiaan.

Kebahagiaan  sejati didunia ini dinamakan SURGA DUNIA

Masuk SURGA DUNIA, menyebabkan seseorang akan masuk SURGA di AKHERAT. 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:
إنَّ فِيْ الدُّنْيَا جَنَّةً, مَنْ لَمْ يَدْخُلْهَا لَنْ يَدْخُلَ جَنَّةَ الآخِرَةِ.
“Sesungguhnya di dunia ini ada surga, barangsiapa yang tidak memasuki surga dunia ini, maka dia tidak akan masuk surga di akherat”
SURGA DUNIA itu adalah keimanan kepada Allah ta’ala, diantaranya meyakini bahwa:

– Mendidik anak adalah perintah Allah ta’ala (QS. At Tahrim: 6)

– Membenarkan petunjuk cara mendidik yang telah Rasulullah ajarkan .
Sehingga keimanan itu menyebabkan keikhlasan kepada Allah ta’ala, dan pada akhirnya mendidik anak mengikuti petunjuk dari Nya dan Rasul Nya.
Inilah kenikmatan mendidik …

Inilah kenikmatan ibadah …

Inilah ketenangan sejati …

Inilah kebahagiaan sejati …

Inilah SURGA DUNIA dalam mendidik anak-anak kita.
Dan semoga Allah Ta’ala kelak memasukkan kita dan keluarga kita ke SURGA Nya di AKHERAT.

Aamiin …
Ditulis oleh : Kholik

Sekolah Karakter Imam Syafi’i (SKIS) Semarang

​PEMBEBANAN dan PEMIKUL BEBAN

​PEMBEBANAN dan PEMIKUL BEBAN

Banyak diantara pendidik dan orang tua yang mengajarkan anak MEMBACA, tetapi tidak ditumbuhkan terlebih dahulu CINTA MEMBACA.
Banyak diantara pendidik dan orang tua yang mengajarkan anak MENULIS, tetapi tidak ditumbuhkan terlebih dahulu CINTA MENULIS.

Banyak diantara pendidik dan orang tua yang mengajarkan anak BERHITUNG, tetapi tidak ditumbuhkan terlebih dahulu CINTA BERHITUNG.

Banyak diantara pendidik dan orang tua yang mengajarkan anak MENGHAFAL, tetapi tidak ditumbuhkan terlebih dahulu CINTA MENGHAFAL.
Padahal membaca, menulis, berhitung, menghafal dan sejenisnya adalah BEBAN BERAT jika TIDAK ADA rasa CINTA untuk melakukannya.
Kalau cinta TIDAK tumbuh, beban seRINGAN apapun akan terasa SANGAT BERAT.

Kalau cinta TELAH tumbuh, beban seBERAT apapun akan terasa SANGAT RINGAN.
Tumbuhkan cinta anak kepada bidang yang nantinya akan dibebankan kepadanya. Kalau cinta TIDAK berkunjung TUMBUH-TUMBUH, bisa jadi anak tidak berbakat di bidang tersebut, maka carilah bidang lain yang anak senangi.
Jangan paksakan kepada anak bidang yang tidak dia senangi. Tetapi gali dan temukan bidang apa yang disenanginya. Lalu pupuk dan tumbuhkan kecintaannya, setelah cintanya tumbuh maka kemudian dengan sendirinya dia akan MEMINTA diberi beban.
Gali bakat anak dengan memperbanyak aktifitas, lalu perhatikan aktifitasnya dengan 4E: Enjoy, Easy, Excellent, Earn

✅Enjoy       : Senang melakukannya

✅Easy        : Mudah melakukannya

✅Excellent : Bagus hasilnya

✅Earn         : Bermanfaat hasilnya

Jika 4E terpenuhi pada aktifitas tertentu maka itulah bakatnya.

Kalau sudah bakat, CINTA akan tumbuh dengan sendirinya, BEBAN akan diminta dengan sendirinya, dan hasilnya akan BAGUS dan BERMANFAAT.

Inilah BAKAT/KARAKTER KINERJA
Di sisi lain …
Banyak diantara pendidik dan orang tua yang mengajarkan anak SHOLAT, tetapi tidak ditumbuhkan terlebih dahulu CINTA SHOLAT.

Banyak diantara pendidik dan orang tua yang mengajarkan anak PUASA, tetapi tidak ditumbuhkan terlebih dahulu CINTA PUASA.

Banyak diantara pendidik dan orang tua yang mengajarkan anak  MENGHAFAL AL QUR’AN, tetapi tidak ditumbuhkan terlebih dahulu CINTA AL QUR’AN.

Banyak diantara pendidik dan orang tua yang mengajarkan anak SYARI’AT, tetapi tidak ditumbuhkan terlebih dahulu CINTA kepada PEMBERI SYARI’AT, yaitu Allah Ta’ala.
Hal ini berarti mengajarkan TAKLIF (pembebanan Syari’at) tetapi tidak menyiapkan anak menjadi MUKALLAF (pemikul Syari’at)
Sholat dan syari’at lainnya adalah beban . Tidak ada anak yang suka sholat, karena sholat adalah beban, kecuali telah tumbuh kecintaan kepada yang memerintah sholat yaitu Allah ta’ala.
Kalau cinta kepada Allah telah tumbuh, maka beban Syari’at seberat apapun akan terasa ringan dilakukan, bahkan sampai berjihadpun akan ringan dilakukan. 

CINTA kepada ALLAH harus tumbuh sebelum memikul beban SYARI’AT .

Kalau cinta Allah TIDAK TUMBUH-TUMBUH, maka harus ditumbuhkan, seperti dengan keteladanan, dibacakan sejarah para Nabi dan Rasul, sahabat Nabi, orang-orang sholeh, serta dibimbing untuk belajar bersama alam agar tumbuh imaji positif terhadap Allah, belajar, dan alam.
Tidak ada kata berbakat atau tidak berbakat pada beban syari’at, semua anak harus CINTA kepada ALLAH dan RasulNya, semua anak harus mampu memikul beban Syari’at nantinya saat mereka sudah BALIGH.

Inilah AKHLAQ/Karakter Moral
Cinta kepada Allah ditumbuhkan pada usia 0-7 tahun. Tidak ada pembebanan Syari’at pada usia ini, adanya hanyalah penumbuhan rasa cinta kepada Allah yaitu penumbuhan keimanan kepada Allah ta’ala, cinta belajar, dan cinta kepada alam. 
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِع (أبو داود والحاكم)

“Perintahkan anakmu sholat pada saat umur 7 tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau sholat pada saat umur 10 tahun, dan pisahkan tempat tidurnya diantara mereka” (HR: Abu Dawud)
Berdasar hadits tersebut, seorang anak baru diajarkan sholat pada umur 7 tahun, bukan sebelumnya, boleh dipukul pada umur 10 tahun, dan mulai dibebani kewajiban sholat setelah Baligh.

Jadi, Bukan berarti pegajaran lebih dini lebih baik, tetapi harus sesuai dengan perkembangan anak.
Ditulis oleh : Kholik

Sekolah Karakter Imam Syafi’i (SKIS) Semarang

Pendidikan karakter berbasis Akhlaq, belajar dan Bakat

Beranda