WAHAI AYAH BUNDA… WAHAI PARA GURU…
Apakah engkau mengetahui dan menyadari bahwa engkau adalah seorang pendidik? Engkau sedang menjalani profesi termulia yang ada di muka bumi ini sebagaimana profesi seluruh Nabi Alaihimus salam yang diutus untuk mendidik manusia.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menjelaskan bahwa tujuan diutusnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam adalah unntuk melaksanakan ta’lim(pendidikan)
Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus seorang Rosul (Muhammad) ditengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri. Yang membacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab (Al Qur’an) dan hikmah (sunnah) meskipun sebelmnya mereke benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (QS: Ali Imran:164)
Engkaulah pewaris Nabi alaihis shalatu wassalam dalam ilmu dan amalnya jika engkau ikhlas dan tulus dalam mendidik. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“sesungguhnya para Nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Sesungguhnya mereka mewariskan ilmu. siapa yang mengambilnya sungguh ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Tirmizi No.2682 dari sahabat Abu Darda Radhiallahu’anhu dengan derajat shahih)
KARAKTER YANG HARUS DIMILIKI OLEH SETIAP PENDIDIK
Ikhlas
Inilah prinsip pertama yang harus dimiliki oleh seorang pendidik yaitu mengikhlaskan ilmu dan amal untuk Allah semata. Betapa banyak ilmu yang bermanfaat dan amalan yang mulia untuk umat, tetapi pemiliknya tidak mengikhlaskan ilmu dan amal untuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagia tujuan mereka untuk meraih kehormatan atau kedudukan semata.
Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya , “… dan seorang laki-laki yang belajar dan mengajarkan ilmu serta membaca Al Qur’an lalu ia didatangkan dan Allah mengingatkan nikmat-nikmat-Nya (kepadanya) dan dia mengakuinya. Allah berfirman, ‘apa yang kamu lakukan terhadapnya?’, dia berkata ‘saya belajar ilmu dan mengajarkannya, serta membaca Al Qur’an (ikhlas) demi engkau’. Allah berfirman ‘kamu dusta. Akan tetapi kamu belajar ilmu agar dikatakan seorang yang alim. Kamu membaca Al Qur’an supaya dikatakan qaari. Dan (itu semua) telah diucapkan (padamu)’. Setelah itu diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam api neraka…” (HR. Muslim No.1905 dari Sahabat Abu Hurairah radhiallahu’anhu)
Jujur
Jujur adalah mahkota yang ada di atas kepala seorang pendidik. Jika sifat tersebut luput darinya manusia tak akan lagi mempercayai ilmu dan pengetahuannya. Anak-anak sangatlah mempercayai dan menerima setiap apa yang disampaikan oleh pendidiknya. Jika seorang anak menemukan kedustaan pendidiknya di sebagian perkara, hal itu secara otomatis akan berpengaruh kepadanya. Kewibawaannya akan jatuh di hadapan anak-anaknya. Jujur adalah kunci keselamatan seorang hamba, baik di dunia maupun di akhirat. Allah telah memuji orang-orang yang jujur dan memerintahkan setiap mukmin agar menjadi seperti mereka dengan firman-Nya yang artinya, “wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At Taubah:119)
Serasi antara Ucapan dan Perbuatan
Allah ta’ala berfirman yang artinya “wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kemurkaan di sisi Allah bila kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaff:2-3). Seorang pendidik adalah orang yang paling membutuhkan konsistensi dalam hal ini karena dia adalah suri tauladan yang ucapan dan perbuatannya senantiasa menjadi panutan anak didiknya. Bila Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan terhadap sesuatu, beliaulah yang pertama kali melakukannya.
Bersikap Adil dan Tidak Berat Sebelah
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya, “dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongmu untuk tidak berlaku adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah:8). Para pendidik akan dihadapkan dengan banyak permasalahan dari anak-anak didiknya. Tidak ada tempat untuk mengutamakan sebagian anak didik diatas sebagian yang lain.
Berakhlak Mulia dan Terpuji
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah sosok yang paling suci dari segi ruh dan jiwa. Beliau adalah sosok yang memiliki akhlak yang sangat agung. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya “dan sesungguhnya kamu (wahai Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al-Qalam:4)
Anak-anak sangat membutuhkan sifat lembut, santun, sabar, bijak, ramah dan perlakuan yang baik dari para pendidik. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh abu darda radhiallahu’anhu “tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin kelak pada hari kiamat daripada akhlah yang baik”. (HR. Abu Daud no.4799 dengan derajat shahih)
Rendah Hati
Kerendahan hati yang dimiliki oleh seorang pendidik akan menambah kehormatan dan kewibawaannya, bukan sebaliknya. Seorang pendidik yang rendah hati akan dicintai oleh anak-anak didik mereka. Sebaliknya sikap takabbur (sombong) akan menjauhkan anak-anak didik dari seorang pendidik. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku supaya kalian bersikap tawadhu (rendah hati) sehingga tidak ada yang membanggakan dirinya diatas yang lain. Tidak pula menzalimi yang lain.” (HR. Muslim no.2588 dari Sahabat Iyadh bin Himar radhiallahu’anhu)
Sabar dan Mampu Mengontrol Emosi
Sabar adalah kedudukan yang sangat tinggi dan tak akan mungkin di gapai, kecuali oleh mereka yang memiliki semangat yang tinggi dan jiwa yang suci. Ia membutuhkan adaptasi dan latihan yang cukup panjang. Hilangnya kesabaran bisa menerjunkan seorang pendidik ke dalam jurang permasalahan yang demikian dalam, terlebih proses pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu seorang pendidik sangatlah dituntut untuk menghiasi dirinya dengan sikap sabar. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “bukanlah orang yang kuat yang selalu menang dalam berkelahi. Akan tetapi, orang yang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (Mutafaq alaihi dari Sahabat Abu Hurairah radhiallahu’anhu)
Itulah diantara karekteristik yang seharusnya dimiliki oleh seorang pendidik, baik dia bertindak sebagai orang tua maupun guru. Mudah-mudahan Allah ta’ala memberikan kita taufik untuk dapat menjadi pendidik sukses yang dapat menebar banyak manfaat kepada orang lain. Aamiin.
(Disarikan dari sebuah buku berjudul “Begini seharusnya menjadi guru” buah karya Fu’ad bin Abdul Aziz Syalhub hafidzahullah, penerbit Darul Haq, cet. VII, tahun 2014)
-
Date:
2016-12-15 07:12:07
-
Author:
muhammad awaluddin
-
Narasumber:
Ust Muhammad Fajar Basuki, Lc (Pengajar Konsultan Keislaman Bintang Pelajar)