by admin | Jan 29, 2013 | Kata Mutiara, Pilihan
Berikut ini saya (Firanda Andirja) terjemahkan bait-bait yang dirangkai oleh Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah yang menyebutkan sifat-sifat bidadari, dan saya sertakan sedikit penjelasan pada sebagian bait-bait tersebut. Bait-bait ini diambil dari kitab Ibnul Qoyyim yang berjudul Al-Kaafiyah As-Syaafiyah, yang dikenal juga dengan Nuuniah Ibnil Qoyyim rahimahullah. Bait-bait sya’ir ini disebut dengan “Nuuniah” karena seluruh bait-bait sya’ir tersebut diakhiri dengan huruf nuun, sebagaimana nanti bisa dilihat oleh para pembaca yang budiman.
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
[arabic-font] وَرَأَوْا عَلَى بُعْدٍ خِيَامًا مُشْرِفا … تٍ مُشْرِقَاتِ النُّوْرِ وَالْبُرْهَانِ[/arabic-font]
Dan mereka (para lelaki penghuni surga) melihat dari kejauhan kemah kemah yang tinggi dan memancarkan cahaya dan petunjuk
[arabic-font]فَتَيَمَّمُوْا تِلْكَ الْخِيَامَ فَآنَسُوْا … فِيْهِنَّ أَقْمَارَا بِلاَ نُقْصَانِ[/arabic-font]
Merekapun menuju ke kemah-kemah tersebut maka mereka mendapati dalam kemah-kemah tersebut rembulan-rembulan yang sempurna tanpa kekurangan sedikitpun
[arabic-font]مِنْ قَاصِرَاتِ الطَّرْفِ لاَ تَبْغَى سِوَى … مَحْبُوْبِهَا مِنْ سَائِرِ الشُّبَّانِ[/arabic-font]
Para bidadari yang membatasi lirikan mata mereka, bidadari tidak menginginkan melainkan kekasihnya dari para pemuda yang ada
[arabic-font]قَصَرَتْ عَلَيْهِ طَرْفَهَا مِنْ حُسْنِهِ … وَالطَّرْفُ فِي ذَا الْوَجْهِ لِلنِّسْوَانَ[/arabic-font]
Sang bidadari membatasi pandangannya (hanya kepada kekasihnya) karena tampannya sang kekasih. Karenanya lirikan mata yang tertunduk adalah lirikan mata para bidadari
[arabic-font]أَوْ أَنَّهَا قَصَرَتْ عَلَيْهِ طَرْفَهُ … مِنْ حُسْنِهَا فَالطَّرْفٌ لِلذُّكْرَانَ[/arabic-font]
Atau sang bidadari membatasi pandangan sang kekasih (penghuni surga) karena cantiknya sang bidadari, maka dalam hal ini lirikan mata yang tunduk adalah lirikan mata sang kekasih
[arabic-font]وَالْأَوَّلُ الْمَعْهُوْدُ مِنْ وَضْعِ الْخِطَا … بِ فَلاَ تَحِدْ عَنْ ظَاهِرِ الْقُرْآنِ[/arabic-font]
Pendapat pertama (yaitu lirikan mata yang tertunduk adalah lirikan mata bidadari) itulah pendapat yang merupakan dzohir dari ayat Al-Qur’an, maka janganlah engkau berpaling dari dzohirnya Al-Qur’an
[arabic-font]وَلَرُبَّمَا دَلَّتْ إِشَارَتُهُ عَلَى الثَّـ … ـانِي فَتِلْكَ إِشَارَةٌ لِمَعَانِ[/arabic-font]
Dan bisa jadi pendapat yang kedua (bahwasanya lirikan mata yang tertunduk adalah lirikan mata para lelaki penghuni surga) ditunjukan oleh pendapat yang pertama, maka itu adalah penunjukan ayat dan bukan makna dari dzohirnya ayat al-quran
Penjelasan : Dalam bait-bait ini Ibnul Qoyyim memberi isyarat tentang adanya dua pendapat di kalangan para ulama tentang firman Allah
[arabic-font]فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلا جَانٌّ[/arabic-font]
“Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangan, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin” (QS Ar-Rahman : 56).
Pendapat pertama adalah para bidadari menundukan pandangannya, mereka hanya melihat kepada para suami mereka penghuni surga. Hal ini karena para bidadari memang tidak mengenal para lelaki kecuali suami-suami mereka penghuni surga. Bahkan mereka tidak pernah disentuh sedikitpun oleh lelaki lain baik dari kalangan manusia maupun kalangan jin. Sungguh mereka tidak disentuh kecuali oleh suami mereka penghuni surga. Jadilah suami mereka adalah yang tertampan dan terbaik serta terindah di mata para bidadari. Mereka tidak pernah membandingkan suami mereka ini dengan lelaki yang lain, apalagi sampai melirik lelaki lain. Kecintaan mereka dan fikiran mereka hanyalah untuk melayani suami mereka, karena para bidadari memang diciptakan oleh Allah hanya untuk mencintai dan merindukan serta melayani suami mereka. Hal ini tentunya berbeda dengan para wanita dunia yang sering membandingkan suami mereka dengan lelaki yang lain, yang hal ini tentu sangat menyakitkan hati suami mereka. Bahkan para wanita dunia tertawan dengan ketampanan lelaki yang lain….sungguh jauh berbeda dengan sifat para bidadari yang tidak melirik dan memandang kecuali kepada suami mereka.
Pendapat pertama inilah pendapat yang dipilih oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah.
Adapun pendapat kedua, yaitu para bidadari menundukan pandangan para suami mereka, karena terlalu cantik dan menawannya para bidadari sehingga tidaklah terbetik dalam hati suami mereka untuk melirik wanita yang lain, karena kepuasan sudah ia dapatkan dalam kecantikan wajah dan kemolekan tubuh para bidadari. Yang hal ini tentunya berbeda dengan wanita dunia, bagaimanapun seorang lelaki memiliki seorang istri yang sangat cantik jelita toh hati sang lelaki masih melirik ke wanita yang lain, bahkan meskipun sang lelaki telah memiliki empat istri dari wanita dunia.
by admin | Jun 13, 2012 | Akhlaq, Hadits, Kata Mutiara
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
[arabic-font]حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُصْبَغُ فِي النَّارِ صَبْغَةً ثُمَّ يُقَالُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِي الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُصْبَغُ صَبْغَةً فِي الْجَنَّةِ فَيُقَالُ لَهُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا مَرَّ بِي بُؤْسٌ قَطُّ وَلَا رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ[/arabic-font]
Amr an-Naqid menuturkan kepada kami. Dia berkata; Yazid bin Harun menuturkan kepada kami. Dia berkata; Hammad bin Salamah memberitakan kepada kami dari Tsabit al-Bunani dari Anas bin Malik, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada hari kiamat nanti akan didatangkan penduduk neraka yang ketika di dunia adalah orang yang paling merasakan kesenangan di sana. Kemudian dia dicelupkan di dalam neraka sekali celupan, lantas ditanyakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kebaikan sebelum ini? Apakah kamu pernah merasakan kenikmatan sebelum ini?’. Maka dia menjawab, ‘Demi Allah, belum pernah wahai Rabbku!’. Dan didatangkan pula seorang penduduk surga yang ketika di dunia merupakan orang yang paling merasakan kesusahan di sana kemudian dia dicelupkan ke dalam surga satu kali celupan. Lalu ditanyakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kesusahan sebelum ini? Apakah kamu pernah merasakan kesusahan sebelum ini?’. Maka dia menjawab, ‘Demi Allah, belum pernah wahai Rabbku, aku belum pernah merasakan kesusahan barang sedikit pun. Dan aku juga tidak pernah melihat kesulitan sama sekali.’.” (HR. Muslim dalam Kitab Shifat al-Qiyamah wa al-Jannah wa an-Naar)
Hadits yang agung ini menyimpan banyak pelajaran berharga, di antaranya :
- Iman kepada hari kiamat dan meyakini bahwa dunia adalah sementara
- Iman akan adanya kebangkitan setelah kematian
- Iman bahwasanya setiap orang akan mendapatkan pembalasan atas amalnya di dunia, apabila baik maka baik pula balasannya demikian pula sebaliknya
- Iman kepada surga dan neraka dan bahwasanya surga merupakan negeri kebahagiaan dan neraka adalah negeri kesengsaraan
- Kenikmatan dan kesusahan di dunia tidak ada apa-apanya apabila dibandingkan dengan apa yang terjadi di akhirat
- Hadits ini menunjukkan bahwa kesenangan dunia bukanlah tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya
- Hadits ini menunjukkan bahwa bisa jadi orang-orang kafir itu hidup dalam keadaan serba mewah dan nikmat di dunia namun di akhirat mereka tidak mendapatkan apa-apa kecuali siksa di neraka, wal ‘iyadzu billah
- Hadits ini menunjukkan bahwa setiap orang yang meninggal dalam keadaan beriman meskipun imannya hanya sebesar biji sawi maka ia pasti masuk ke dalam surga
- Hadits ini menunjukkan bahwa Adam ‘alaihis salam adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah ta’ala
- Hadits ini menunjukkan bahwa kenikmatan yang ada di surga bukan main nikmatnya sehingga sekali celupan saja bisa melupakan segala kesusahan hidup di dunia
- Hadits ini menunjukkan bahwa kesengsaraan di neraka bukan main mengerikan dan menyakitkan sehingga sekali celupan di dalamnya bisa melupakan segala tetek bengek kesenangan dunia entah yang berwujud harta, kedudukan atau yang lainnya
- Hadits ini menunjukkan bolehnya bersumpah untuk menekankan sesuatu tanpa diminta sebelumnya
- Hadits ini menunjukkan bahwa bersumpah adalah dengan nama Allah bukan dengan nama makhluk
- Hadits ini juga menunjukkan penetapan sifat rububiyah Allah
- Hadits ini menunjukkan keadilan Allah kepada hamba-hamba-Nya
- Kesenangan dan kesusahan di dunia adalah hal yang biasa, namun yang terpenting adalah bagaimana cara menyikapinya; apakah dengan kesusahan itu dia bersabar dan apakah dengan kesenangan itu dia mau bersyukur kepada-Nya atau tidak
- Dunia adalah negeri cobaan dan tempat untuk beramal sedangkan akhirat adalah negeri pembalasan
- Iman kepada perkara gaib dan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbicara dengan wahyu dari Allah ta’ala
- Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar utusan Allah untuk manusia
- Hadits ini merupakan mukjizat yang dimiliki Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dimana beliau mengabarkan sesuatu yang belum terjadi di dunia
- Di dalamnya juga terkandung khauf (takut) dan roja’ (harap).Takut akan neraka dan berharap untuk masuk ke dalam surga
- Hadits ini juga menunjukkan betapa lemahnya akal manusia sehingga gara-gara sebuah kejadian saja dia bisa melupakan segala-galanya
- Hadits ini menunjukkan bahwa keadaan yang sangat menyenangkan bisa membuat orang lupa akan kesusahan yang pernah dialaminya
- Hadits ini juga menunjukkan bahwa kesusahan dan kesulitan yang amat sangat dapat membuat orang lupa akan kesenangan yang pernah dirasakannya
- Hadits ini juga menunjukkan bahwa kesenangan dunia ini adalah kesenangan yang semu dan menipu
- Hadits ini juga menunjukkan bahwa kesenangan di surga adalah kesenangan yang sejati dan hakiki
- Hadits ini juga mengandung dorongan bagi para mujahid untuk bersungguh-sungguh dalam berperang di jalan-Nya tanpa perlu merasa khawatir akan luka yang akan mereka derita
- Hadits ini juga mengandung dorongan kepada para da’i agar terus mengajak manusia ke jalan-Nya meskipun orang-orang sedemikian keras memusuhi dakwahnya
- Hadits ini juga mengandung dorongan kepada para penuntut ilmu agar bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu meskipun banyak hambatan yang dijumpainya karena sesungguhnya menuntut ilmu agama merupakan jalan menuju surga
- Hadits ini juga mengandung dorongan bagi anak agar bersungguh-sungguh dalam berbakti kepada orang tuanya karena ridha Allah terletak pada ridha kedua orang tuanya
- Hadits ini juga mengandung dorongan kepada para isteri untuk berbakti kepada suaminya karena keridhaan suami kepadanya merupakan salah satu sebab masuk ke dalam surga
- Hadits ini juga mengandung peringatan kepada orang-orang yang menyimpan kesombongan di dalam dirinya karena kesombongan merupakan sebab masuk ke dalam neraka
- Hadits ini juga mengandung peringatan yang sangat keras bagi para penyeru kekafiran semacam Jaringan Islam Liberal dan sebagainya karena kekafiran mereka pada akhirnya akan menyeret mereka ke dalam neraka
- Hadits ini juga mengandung ancaman bagi para pelaku maksiat agar tidak meneruskan maksiat dan segera bertaubat dengan tulus kepada Allah ta’ala karena maksiat akan mendatangkan murka-Nya
- Hadits ini juga menunjukkan keutamaan mempelajarai tauhid dan mengetahui seluk beluk syirik dan kekafiran
- Hadits ini juga mengandung peringatan kepada orang-orang munafik yang di dunia menampakkan diri sebagai orang yang mendukung Islam namun pada hakikatnya mereka ingin menghancurkan Islam dari dalam, sebab orang munafik adalah penghuni kerak neraka yang paling bawah
- Hadits ini menunjukkan bahwa kenikmatan yang ada di surga itu bertingkat-tingkat
- Hadits ini juga menunjukkan bahwa siksa di dalam neraka juga bertingkat-tingkat
- Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah diutus untuk memberikan kabar gembira dan sebagai pemberi peringatan (lihat QS. al-Furqan : 56)
- Dan faidah lainnya yang belum saya ketahui, wallahu a’lam. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam, walhamdu lillahi Rabbil ‘alamin.
Oleh : Abu Mushlih
by admin | May 1, 2012 | Hadits, Kata Mutiara
[arabic-font]عن معاذ ابن جبل أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لما بعث به إلى اليمن قال له إياك والتنعم فإن عباد الله ليسوا بالمتنعمين[/arabic-font]
Dari Mu’adz bin Jabal, ketika ia diutus ke Yaman, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berpesan kepadanya: “Tinggalkanlah sifat gemar bersenang-senang (at tana’um). Karena hamba Allah yang sejati bukanlah orang yang gemar bersenang-senang” (HR. Ahmad 5/243, 244, Ath Thabrani dalam Musnad Asy Syamiyyin 279, Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya 5/155)
Derajat Hadits
Al Mundziri berkata: “Semuanya perawi yang dipakai Imam Ahmad dan semuanya tsiqah” (At Targhib Wat Tarhib, 3/170). Al Haitsami berkata: “Semua perawinya tsiqah” (Majma’ Az Zawaid, 10/253). Penilaian beliau berdua diamini oleh Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah (1/688).
Faidah Hadits
- Tercelanya sifat at tana’um, yaitu gemar bersenang-senang dan gemar bernikmat-nikmat dengan hal-hal yang sifatnya duniawi.
- Ali Al Qari rahimahullah berkata: “at tana’um adalah berlebihan dalam memuaskan nafsu dalam bentuk selalu berkeinginan merasakan nikmat secara berlebihan, serta selalu merasa tidak pernah puas” (Mirqatul Mafatih, 8/3295).
- At tana’um adalah lawan dari zuhud.
- Bukan berarti bersenang-senang itu terlarang, namun yang demikian bukan lah hal yang selalu dicari dan dikerjakan seorang hamba Allah sejati.
- Ali Al Qari rahimahullah menjelaskan hadits ini berkata: “Sesungguhnya hamba Allah yang ikhlas bukanlah orang yang gemar bersenang-senang. Bahkan sifat demikian adalah ciri khas orang kafir, para penggemar maksiat, orang yang lalai dan orang yang jahil. Sebagaimana firman Allah :[arabic-font span=”yes”]ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ[/arabic-font] يَعْلَمُونَ‘Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)‘ (QS. Al Hijr: 3)
dan juga firman-Nya:[arabic-font]وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ[/arabic-font]‘Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka‘ (QS. Muhammad: 12),
juga firman-Nya:
[arabic-font]إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُتْرَفِينَ[/arabic-font]
‘Sesungguhnya mereka (penghuni neraka) sebelum itu hidup bermewahan‘ (QS. Al Waqi’ah: 45)” (Mirqatul Mafatih, 8/3295).
- Senada dengan beliau, Al Munawi rahimahullah juga berkata: “Sesungguhnya hamba Allah yaitu orang-orang tertentu yang berhiaskan dengan kemuliaan ubudiyah, bukanlah orang yang suka bersenang-senang. Karena bersenang-senang dengan hal yang mubah, walaupun itu boleh, akan membuat seseorang lalai mengingat Allah dan engga bertemu dengan-Nya” (At Taisir Syarh Jami’ Ash Shaghir, 1/402).
- Lihatlah Umar bin Khattab Radhiallahu’anhu, begitu zuhudnya sampai-sampai beliau memandang bahwa makan daging itu at tana’um. Suatu kala ketika membeli daging, beliau berkata: “Duhai kemana perginya kebaikan“. Lalu membaca ayat:[arabic-font span=”yes”]أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِى حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُم بِهَا[/arabic-font]“Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya” (QS. Al Ahqaf: 20)
Ibnu Bathal berkata: “Umar Radhiallahu’anhu berdalil dengan ayat tersebut bahwa bersenang-senang di dunia dan bernikmat-nikmat dengan segala kebaikan duniawi akan banyak mengurangi kebaikan akhirat” (Syarh Shahih Bukhari Libni Bathal, 10/157).
- Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Ketahuilah ada 3 bahaya dari sikap gemar bersenang-senang”. Secara ringkas, 3 hal itu adalah:
- Dunia itu darut taklif (tempat manusia menjalankan tugas-tugas dari Allah) bukan darur raahah (tempat bersantai dan bersenang-senang). Jika seseorang disibukkan dengan bersenang-senang di dunia pasti ia kurang bisa memenuhi tugas-tugasnya.
- Bersenang-senang dalam hal makan yaitu terlalu banyak makan, membuat perut kekenyangan akibatnya malas dan akhirnya lalai.
- Barangsiapa yang sudah terkait hatinya dengan kesenangan dunia, akan sulit sekali melepasnya. (Kasyful Musykil, 1/92)
- Seorang hamba sejati itu sibuk dalam kebaikan dan hal-hal yang bermanfaat. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallambersabda:[arabic-font span=”yes”]مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ[/arabic-font]“Salah satu tanda baiknya Islam seseorang adalah ia meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya” (HR. Tirmidzi no. 2317, di hasan kan Al Nawawi dalam Al Arba’un).
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:[arabic-font]احرص على ما ينفعك واستعن بالله . ولا تعجز[/arabic-font]“Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Allah, serta janganlah malas” (HR. Muslim no.2664)
- Seorang hamba sejati senantiasa sibuk dalam kebaikan sampai ajal menjemputnya. Mi’sar bin Kiddam rahimahullah berkata [arabic-font span=”yes”]لاَ تَقْعُدُوا فُراغًا فَإِنَّ اْلمَوْتَ يَطْلُبُكُمْ[/arabic-font]“Janganlah kalian duduk untuk bersantai-santai karena kematian sedang mencarimu” (Thabaqat Kubra Lis Sya’rani, 1/49).
Seorang lelaki dari Khurasan datang untuk bertanya-tanya kepada Imam Ahmad rahimahullah :[arabic-font]قِيْلَ لِلإمَام أَحْمَدَ: مَتىَ يَجِدُ اْلعَبْدُ طَعْمَ الرَّاحَةِ ؟ فَقَالَ: عِنْدَ أّوَّلِ قَدَمٍ يَضَعُهاَ فِيْ اْلجَنَّةِ.[/arabic-font]Imam Ahmad ditanya: “Kapan seorang hamba itu beristirahat (dari sibuk berbuat kebaikan)?”. Imam Ahmad menjawab: “Ketika pertama kali telapak kakinya menginjak surga”. (Thabaqat Hanabilah, 1/293)
artikel : http://kangaswad.wordpress.com/
by admin | Feb 11, 2011 | Kata Mutiara
Halaman khusus untuk memberikan kata – kata nasehat kepada sesama kita. silahkan antum tulis untaian kata bermanfaat. Bisa dengan ayat alquran, hadits nabi yang shahih, perkataan para shahabat, perkataan para ulama’ (jika bisa disebutkan juga sumbernya).
Barakallahu Fiykum…
- Jika kamu melihat seorang pemuda tumbuh bersama ahli sunnah, maka harapkanlah kebaikannya, dan jika kamu lihat dia tumbuh bersama ahli bid’ah, maka berputus asalah kamu dari mengharap kebaikannya, karena sesungguhnya, pemuda itu tergantung di atas apa ia pertama kali tumbuh(Ahmad bin Hanbal – Al Adabus Syari’ah Ibnu Muflih 3/77)
- sederhana dalam sunnah, lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam bid’ah (ibnu mas’ud radliyallahu ‘anhu)
- mengungkapkan cinta itu d anjurkan bila cinta tersebut karena Allah .cinta yang bersemi bukan karena ambisi kepada dunia dan nafsu,melainkan untuk mendapatkan kasih sayangNYA.karena menampakan cinta demi dunia dan pemberian ,maka sama artinya mencari muka.dan itu suatu cacat dan kekurangan……..(Al-Baghdadi Al-Manawi)
- Ibnu Mas’ud Radhiallahu’anhu berkata: “Rasa takut kepada Allah Ta’ala, sudah cukup dikatakan sebagai ilmu. Anggapan bahwa Allah tidak mengetahui perbuatan seseorang, sudah cukup dikatakan sebagai kebodohan” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya, no. 34532, 7 /104)
- Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata: “Rasa khauf kepada Allah menghasilkan ilmu. Ilmu menghasilkan rasa khasy-yah kepada Allah. Dan rasa khasy-yah menghasilkan ketaatan kepada Allah ” (Majmu’ Fatawa, 24/7)